Selasa, 29 November 2016

WOMAN: MAN'S SLATS

Women are not created from the top of men,
because women are not fated to trample the men..

Women are not created from the buttom of the men,
because women are not fated to be trampled by men..

But..
Women are created from the middle of the men,
because women are fated to walk with men as life partners..

إنّ المرأة خلقت من الضلع

Selasa, 15 November 2016

HADIS NABAWI DALAM BINGKAI PENDIDIKAN KARAKTER



Oleh: Isna Rahmah Solihatin


Pendidikan karakter menjadi isu menarik dan hangat dibicarakan dikalangan praktisi pendidikan akhir-akhir ini, khususnya di Indonesia. Pasalnya, pendidikan di Indonesia sering terpasung pada kepentingan yang absurd, hanya mengedepankan kecerdasan intelektual, akal dan penalaran.[1] Padahal, jika disadarai output/ hasil dari sebuah pendidikan tidak hanya terpaku pada produk kecerdasan intelektual, melainkan juga harus diselingi kecerdasan spiritual dan emosional. kecerdasan spiritual serta emosional dapat disisipkan disetiap ranah pendidikan dengan menanamkan pendidikan karakter di Indonesia.
Indonesia, dimana mayoritas penduduknya beragama Islam sangat memperhatikan bagaimana kehidupan umatnya. Islam menghendaki umatnya untuk dapat mencontoh sosok Nabi Muhammad SAW, yang tidak hanya cerdas intelektual, melainkan juga memiliki kecerdasan spiritual dan emosional yang beliau tranformasikan kedalam perangai yang baik. Perangai beliau yang baik tercantum dalam Sabda-Nya yang diriwayatkan oleh sayyidah ‘Aisyah r.a. ketika beliau ditanya perihal akhlak Rasul, beliau menjawab; “Akhlak Rasulullah SAW adalah al-Quran”.[2] Hadis tersebut menjelaskan bahwa Perangai/akhlak Rasul seperti al-Quran, dimana akhlak seperti apa yang telah terkandung dalam al-Quran merupakan sebaik-baik perangai.

Menanamkan akhlak Rasulullah SAW dalam bingkai pendidikan karakter di Indonesia dapat disalurkan melalui kurikulum-kurikulum yang diberlakukan disetiap instansi pendidikan. Adapun akhlak Rasulullah dapat diigambarkan melaui sabda-sabda Beliau SAW, karena pada hakikatnya beliau diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak umat-Nya.[3] Hendaknya bagi setiap pendidik mampu menyerap pesan yang terkandung dalam hadis Nabi baik secara langsung maupun tidak. Pendidik hendaknya mengajarkan untuk memiliki akhlak/ budi pekerti yang baik. Misalnya, manyampaikan pesan yang terkandung dalam hadis bagaimana saling menyayangi dan menghormati, bagaimana hadis memerintahkan untuk dapat berlaku mulia, berlaku adil, jujur dan lain sebagainya. Begtulah setidaknya hadis dapat berkontribusi dalam pelaksanaan pendidikan karakter yang dicita-ciitakan.


[2] Abu Ja’far al-Thahawi. Syarh Musykil al-Atsar. Beirut: Muassasah al-Risalah. 1987. Jiliid 11. Hal. 265
[3] Abdu al-Rauf al-Munawi. Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shagir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1994. Jilid 1. Hal. 402