Selasa, 01 Desember 2015

SIAPAKAH DIBALIK KERUSAKAN ALAM INI? Kajian Surat Ar-Rum: 41



PENDAHULUAN
Suatu Negara dengan kekayaan melimpah merupakan sebuah anugrah terindah yang patut untuk disyukuri. Beberapa cara bersyukur yang dapat kita lakukan adalah dengan merawat segala yang telah diberikan Allah kepada kita termasuk alam ini dengan baik. Beberapa kekayaan alam yang dapat kita rasakan manfaatnya adalah hutan, tanah, lautan, gas, air juga kekayaan barang tambang dimana cara pemanfaatanya pun harus benar. Bumi, laut, air dan lainya merupakan yang lebih dulu Allah ciptakan dibanding manusia, baik Adam maupun Hawwa’. Hal tersebut dilansir dari Al-quran surat Al-baqarah ayat 29[1], yang artinya adalah “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.  Barulah setalah itu manusia diciptakan (wah, beruntung sekali manusia diciptakan setelah semua fasilitas ada). Dimana dahulu manusia hidup dengan mencari makan lewat berburu, kemudian meningkat menjadi peradaban mengolah tanah, beternak dan bertani. Peradaban manusia berikutnya meningkat ke peradaban logam, hingga sampai kepada peradaban teknologi mesin dan industry. Hal tersebut juga terjadi di Negara kita ini yang melimpah ruah kekayaan alamnya, Bahkan Negeri ini pun hampir sempurna untuk dikatakan sebagai “Baldatun Thayyibatun”.
Keterkaitan alam dengan manusia adalah sebagai simbiosis mutualisme, dan yang demikian itu adalah harga mutlak. Dimana manusia dan alam hidup saling memerlukan. Hewan diburu, ikan ditangkap, pepohonan dimanfaatkan. Namun, karena manusia semakin bertambah dengan keperluan yang tambah beragam, maka bumi dengan hutannya yang lebat, laut, sungai dan danau berubah menjadi gersang dan tercemar. Benar sekali, penyebab semua itu adalah karena pemanfaatan alam ditunggangi manusia-manusia dengan kepentingan masing-masing, hingga akhirnya munculllah oknum-oknum tak bertanggung jawab yang mengakibatkan pemburuan satwa dilindungi, penebangan pohon liar, pembukaan industry dilahan-lahan terlarang sehingga yang demikiian dapat memicu terbakarnya hutan dan lahan-lahan gambut dimana-mana selain dari disebabkan oleh kekeringan yang merupakan dampak dari Elnino, yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatra dan Kalimantan yang dilanda kabut asap. Jika semua itu telah terjadi apalah daya manusia, selain menunggu kekuasaan Allah untuk menurunkan air dari langit berupa hujan. Berharap ada yang menangani? Jangankan industry X dan Y yang dikabarkan pemicu awal kebakaran tersebut, penduduk pulau atau daerah lain yang tidak terkena dampaknya saja berkata “ah, masa bodo..lagian si banyak ulah”, “ngapain kita yang repot, pemerintah saja duduk manis sambil bertopang dagu” dan lain sebagainya. Itulah sebabnnya pemerintah Indonesia beserta seluruh lapisan rakyatnya harus dibekali ilmu pengetahuan tenntang penjagaan alam semesta tterlebih lingkungan sekitar. Lalu bagaimana Islam mengatasi hal ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis berusaha untuk memaparkannya dalam poin-poin yang terdapat pada makalah ini.
PENCIPTAAN ALAM
Sudah jelas kiranya jika kita membahas tentang penciptaan alam semesta. Benar, bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta alam ini beserta seluruh isisnya. Allah SWT menjelaskan dalam beberapa ayat-Nya bahwa pembentukan alam semesta (langit-langit)dan bumi itu diciptakan dalam 6 hari (masa/periode) penciptaan. Seperti halnya yang telah difirmankan oleh Allah Swt dalam surat hud potongan ayat 7:
qèdur Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& šc%Ÿ2ur ¼çmä©ötã n?tã Ïä!$yJø9$# ….
 dan Dialah yang menciptakan langit-langit dan bumi dalam 6 hari (masa), dan singgasana-Nnya (kekuatan/kekuasaandan pemerintahannya) ditegakkan diatas air…….”
Diterangkam dalam ayat tersebut bahwa alam semesta diciptakian selama 6 hari, apakah hari tersebut sama dengan hari yang kita lalui? Ternyata tidak! Lafadz فى ستة أيام dalam ayat tersebut sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, Tafsir AL-Maraghi bahwa “hari” dari ayat tersebut tidaklah sama dengan hari yang  dilalui oleh Makhluknya. Dalam tafsirnya beliau mengatakan, kita tidak boleh mengukur lafadz tersebut dengan apa yang kita alami, adapun keterangan dari lafadz “6 hari” dapat kita dapatkan ditafsiran berikutnya yang diperkuat dengan ayat “ وَإِنَّ يَوْماً عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ” (dan sesungguhnya 1 hari disisi Tuhanmu adalah sama halnya dengan seribu tahun dari apa yang kau hitung).[2] Benar-benar ciptaan yang tiada tandingannya, kata-kata amazing, excited, awesome, fabulous, marvelous dan lain sebagainya bahkan tidak cukup untuk mengutarakan rasa takjub. Dari adanya seluruh materi yang terbentuk dari dentuman dahsyat (big bang) yang kemudian melahirkan kosmos, hingga adanya hari Kiamat besar merupaka kreasi Tuhan sebagai proses penciptaan alam semesta ini. Alam semesta berkembang, itu artinya alam ini bersifat ekspansif.
dok. pulau sempu
Selain itu, Keindahan-keindahan alam yang Allah ciptakan tidaklah sia-sia, melainkan mengandung manfaat serta memberikan kebahagiaan bagi makhluknya. Sebagaimana yang tertera dalam surat Qaf, ayat 7:
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓźuru $uZ÷uFu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÐÈ  
“dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”.
Meskipun awal pembentukan alam terkesan mengerikan, tapi semua itu terbayar dengan keindahan alam didalamnya seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut diatas, tepatnya dengan lafadz وَأَنبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ yang ditafsirkan oleh Imam Ibnu Jarir al-Thabariy dengan ditumbuhkannya segala jenis tumbuh-tumbuhan yang baik yang memberikan kenikmatan.[3] Meskipun ada jenis tumbuhan yang dikenal memberikan dampak negative, namun ketahuilah nahwa didalamnya juga mengandung manfaat bagi semua makhluk-Nya.
PENCIPTAAN MANUSIA
Konsepsi manusia menurut al-Quran. Al-Quran memiliki banyak kosa kata tentang manusia, yang masing-masing kata tersebut tidak sekedar sinonim melainkan juga mengandung makna-makna khas. Ditelaah bahwasannya al-Quran mempunyai 4 kata dalam menunjukkan manusia. Yakni 1) al-Basyar, 2) al-Nas, 3) al-Ins, dan 4) al-insan. Berikut adalah ringkasan keerangan mengenai keempat kata tersebut.
Pertama, al-Basyar dipakai Al-Qur’an guna menunjukkan pengertian manusia biasa dalam bentuk tunggal.
Kedua, kata an-nas disebutkan s20 kali di dalam Al-Qur’an dan kata ini dipakai guna menggambarkan keturunan nabi Adam serta sekumpulan manusia.
Ketiga, istilah al-ins dikaitkan dengan kata al-jin secara berturut-turut dan tidak terpisah dalam 18 ayat.
Terakhir, kata al-insan terkadang dilawankan dengan al-jin yang menandakan bahwa al-insan sama dengan al-ins yang berarti lembut. Selain itu juga menunjukkan bahwa al-insan merupakan makhluk yang diberi kekhususan-kekhususan seperti akal, kecerdasan, kecakapan, cobaan baik dan buruk, dan segala martabat yang dapat mengantarkan menjadi khalifah di bumi. Mulai dari penciptaan nabi Adam, penciptaan hawa, hingga penciptaan manusia seperti kita ini tidaklah terlepas dari kuasa Allah swt.
Adapun tahap-tahap dasar perkembangan manusia sejak embrio menurut Al-Qur’an yang telah diselidiki oleh biologi dan kedokteran terdiri dari 4 hal:
1.      Dari nutfah yaitu berupa setetes air
2.      Campuran cairan pembuahan yang menggunakan istilah an-Syadz
3.      Pendalaman telur yang telah dibuahi yang disebut sebagai ‘alaq
4.      Evolusi embrio yakni embrio melewati satu tahap seperti daging yang digulung-gulung kira-kira sampai hari ke-20 ketika mulai membentuk manusia dan fase ini disebut sebagai mudghah.

KESATUAN MANUSIA, LINGKUNGAN HIDUP DAN ALAM
Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu dan berada dalam hukum atau aturan yang satu yakni hukum alam. Adapun bumi, gunung, daratan, hutan, padang pasir, sungai, danau, selat dan lautannya adalah bagian dari alam. Etika manusia berbuat baik dengan lingkungan berarti ia telah berbuaat baik kepada dirinya sendiri, begitu juga sebaliknya.  Firman Allah swt dalam suraat Al-Qashash: 77
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Syaikh Musthafa Al-Maraghi menyebutkan pada ayat tersebut dijelaskan bahwa "
(وَلا تَبْغِ الْفَسادَ فِي الْأَرْضِ) أي ولا تصرف همتك، بما أنت فيه إلى الفساد فى الأرض، والإساءة إلى خلق اللّه.[4]
Yakni dengan sighat nahyi yang berupa larangan untuk berbuat kerusakan di muka bumi atau juga larangan untuk memalingkan diri kepada hal yang dapat menyebabkan kerusakan serta keburukan tehadap ciptaan Allah swt.
Manusia lahir, hidup dan mati di bumi namun sayangnya manusia tidak tahu apa tugas dan tujuan mereka selama hidup di bumi. Dan diantara cara manusia melaksanakan tugasnya di muka bumi adalah dengan vertical (bertanggungjawab terhadap Allah), horizontal (bertanggungjawab terhadap tugas sesama manusia) dan diagonal (tanggungjawab manusia terhadap alam sekitar).

KERUSAKAN ALAM  DAN LINGKUNGAN SEKITAR
            Kerusakan lingkungan yang berkelaanjutan dengan skala ekstensif telah berujung pada masalah krusial yang dicemaskan oleh banyak orang. Diantaranya pembuangan asap industri, kendaraan bermotor, pabrik rumah tangga, serta teknologi yang memicukan adanya pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim dan tak terhindarkan. Selain itu, dunia berpotensi khususnya asia untuk dilanda banjir secara serius dan bersamaan dengan itu dunia akan kehilangan spesies, tumbuh-tumbuhan serta hewan dengan jumlah ekstrim. Para ahli lingkungan memperkirakan bahwa dampak dari pemanasan global akan terus meningkat bila kelestarian dan keutuhan hutan tidak dipelihara. Karena posisi hutan menjadi satu-satunya paruh dunia yang bisa memberikan nafas dan oksigen kepada manusia. Sehingga jika hutan menjadi bahan eksploitasi khususnya di Indonesia, maka akibat yang sangat fatal akan terus terjadi ke depan akibatnya seperti yang dirasakan sendiri oleh Indonesia.
Naif sekali memang ketika kita mendengar bahwa Indonesia menjadi salah satu Negara yang paling cepat dalam kasus penggundulan hutan. Anehnya, persoalan ini terus dibiarkan oleh Negara dan posisi pemerintah daerah pun cenderung abai pada permasalahan ini.
Dari beberapa hal tersebut, terlihat bahwa system Negara yang menjadi palang pintu bagi keselamatan lingkungan di indonesiaa ternyata sangat rapuh, jadi tak ayal jika kemudian tragedy pengerusakan lingkungan terus terjadi dan orang-orang yang melakukannya semakin hari semakin bertambah. Maka tidak diragukan lagi bahwa salah satu factor penyebab pengrusakan di muka bumi ini adalah ulah manusia seperti halnya yang telah dijelaskan dalam surat ar-rum ayat 41
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Jelas di sini ada problem terutama bagi manusianya sendiri yang telah secara ekspansif melakukan pengrusakan di atas bumi. Apakah mereka melakukan semua itu karena ada di tengah ketidakpahaman tentang manfaat dan ancaman jika merusak ekosistem? Ataukah karena Negara yang memberikan peluang bagi terjadinya kecelakaan lingkungan? Maka dari itu diperlukan evaluasi serius dari pihak-pihak berwajib sebelum kehancuran lingkungan benar-benar terjadi di tengah lingkungan hidup kita.
Jika kita membuka kembali tafsiran ayat diatas, maka jelas bahwa manusia memiliki andil utama dalam pengrusakan dimuka bumi, baik dari rakyatnya, maupun pemerintah. Dalam tafsirannya disebutkan bahwa sebab utama yang memicu manusia melakukan pengrusakan adalah hilangnya keimanan mereka kepada Rabbul ‘alamin, عبدوا مع اللّه سواه ، وأشركوا به غيره mereka menyembah Allah, juga menyembah yang lainnya, serta menjadikan sekutu bagi Allah”, sehingga ketika dualism Tuhan dianut, akan Nampak kerusakan tersebut لَوْ كانَ فِيهِما آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتا  jikalau didaratan dan lautan terdapat Tuhan selain Allah (yang mengatur) niscaya akan terjadi kerusakan”. Maka ketika manusia sudah menggantungkan nasib kepada selain Allah, Allah akan memperingatkan serta timpakan kepada mereka adzab. Banyak orang yang akan melakukan maksiat (coba saja, disela mana kita tidak menemukan manusia tanpa bermaksiat?), tersebarnya “ الظلم والطمع” kedzhaliman serta ketamakan hingga semua hal ingin dimiliki yang mengakibatkan manusia menjadi makhluk hedonis (cinta dunia, takut mati), yang kuat memangsa yang lemah, banyak peperangan disana-sini (lihat saja, yang terjadi dinegara-negara luar. Terorisme yang mengatasnamakan agama), maka saat itulah benar jika فصب عليهم ربهم سوط عذابه maka Tuhan mereka akan menumpahkan kepada mereka adzabnya”. Apakah semua ini dusta? Jelas tidak, karena Firman Allah  lah yang berbicara. Begitulah kira-kira tafsir ayat diatas yang digambarkan oleh Syekh Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya. Sekali lagi, penyebab utama kerusakan dimuka bumi ini adalah krisis spiritual (spiritual crisis)[5], dalam artian ketidakmampuan manusia dalam memahami ciptaan (creatures) Tuhan dalam arti yang luas.

MEMBEKALI DIRI MENGANTISIPASI KERUSAKAN ALAM
Banyak sekali kerusakan alam yang telah kita alami, distorsi dimana-mana. Tidak perlu kita melihat jauh-jauh kebelakang, tahun ini saja mari kita jadikan pelajaran dari dampak elnino yang melanda seluruh lapisan negeri, mengakibatkan kekeringan dimana-mana, kebakaran hutan meluas, asap meluap, Hutan Tanaman Indusutri (HTI) berkuasa, dan lain sebagainya.
Belajar dari pengalaman ini, melalui institusi agama dengan peran wahyu (dogma) dan ritual teologinya, kecerobohan yang telah terlanjur dilakukan manusia modern diharapkan bisa diatasi. Karena disamping itu agama juga mempunyai peran  utama dalam memupuk kesadaran spiritual ditengah kering kerontangnya ranah spiritual manusia modern. Dalam kondisi seperti ini, jika disadari secara komprehensif, agama yang kaffah,dengan implementasi praktis yang kaffah pula, bakal menjadi oase bagi masa depan kehidupan manusia (rahmatan lil ‘alamin).
Dengan demikian, eksistensi lingkungan dalam konteks Islam menjadi sangat menarik ditelaah dan perlu mendapat kajian yang komprehensif. Dengan tujuan, agar nilai-nilai Islam tentang lingkungan dan alam sekitar memberikan kontribusi pemahaman kepada masyarakat muslim yang menjadi mayooritas di Indonesia. Selain itu, manusia dapat memberikan suri tauladan sebagai khalifah (vicegerent) dimuka bumi ini.


[1] Abujamin Roham Dkk, Al-Islam & Iptek, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Hal.135
[2] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Mesir: Perc. Mustafa Al-Baabi Al-Halbiy. J. 12, Hal. 5
[3] Ibn Jarir Al-Thabariy, Jaami’ Al-Bayan Fii Tafsiiri Al-Quran, Dar El-Hijr. Cet. 1., Juz. 21., Hal. 409.
[4] Maraghi, Op. Cit  Juz 20
[5] Ade Faizal Alami Dkk, Kajian Islam Multidisipliner, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2009. Hal. 53