Minggu, 05 Juni 2016

Perempuan: Sosok Yang Patut Dimuliakan






يا  أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء، واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام، إن الله كان عليكم رقيبا (النساء: 1)

Dari ayat tersebut diterangkan bahwa asal usul kejadian manusia adalah satu. Adapun penafsiran mengenai yang satu itu ada dua macam. Pertama, tafsir yang biasa, yaitu pada mulanya Allah hanya menjadikan satu diri saja, Adam. Kemudian, dari diri yang satu itulah Allah ciptakan untuknya seorang istri, yaitu Hawa. Kedua arham,  yaitu silaturrahim atau kasih sayang dan hubungan diantara satu sama lain. Manusia dipimpin dari dalam kandungan oleh kasih ibu dan saying bapak sehingga lembaga dalam diri ibu tempat anak dikandung dinamai Rahim. Dalam Rahim itulah diri ini dikandung, dilembagakan dan dilindungi sampai matang untuk keluar ketengah alam. 

Dalam ayat tersebut bertemu dua hal yang menjadi pusat persoalan. Pertama, Allah Yang Maha Pencipta yang berkehendak menciptakan Adam dan seluruh alam ini. Kedua, Rahim. Itu artinya, Allah Sungguh Maha Pencipta dan Maha Pemberi Kasih Sayang. Maka dapat dikatakan bahwa hakikatnya, manusia adalah satu dan kemudian dibagi menjadi dua; satu menjadi bagian laki-laki dan yang satu lagi menjadi bagian perempuan dimana keduanya tercipta didasari dari kasih saying yang diberikakn Tuhan.

Hexagon: “Dalam ayat diatas, dipadukan antara laki-laki dan perempuan. Disadari atau tidak, meskipun terpisah, mereka tetap satu.”



Laki-laki dan perempuan sama-sama dianjurkan oleh Nabi saw., supaya banyak membaca AL-Quran dan memahami isinya. Begitulah kiranya seseorang tidak dapat menghambat perempuan untuk berhubungan langsung dengan AL-Quran. Bahkan terdapat beberapa perempuan pelopor yang disebutkan dalam Al-Quran. Demikianlah surat al-Nisa’ ini hanyalah satu diantara surat-surat dalam al-Quran yang mengistemawakan perempuan. Selain itu, al-Quran juga memuat surat yang diberi nama dari seorang perempuan hebat, Maryam.

Islam mengakui perempuan sebagai manusia seutuhnya, paripurna. Islam berbicara kepada perempuan sebagaimana Islam berbicara kepada laki-laki, baik dalam pelaksanaan hukum (tasyri’), ibadah dan muamalah. Dalam kapasitasnya sebagai manusia, seorang perempuan juga memiliki hak yang sama seperti laki-laki termasuk dalam memperoleh kemuliaan. 

Perempuan, makhluk Tuhan yang ditunggangi dua peran sekaligus (double burden), domestic juga public. Karena kedua peran yang dimilikinya itu, perempuan mendapatkan tempat khusus dalam pandangan agama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah diterangkan bahwa ketika itu ada seorang sahabat yang datang menemui Rasul dan menanyakan tentang siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik. Seketika itu Rasul menjawab “ibumu”, lelaki itu pun kembali bertanya “siapa lagi, wahai Rasul?”, Rasul menjawb “ibumu” pun sampai kali ketiga. Setelah itu lelaki bertanya untuk keempat kalinyna, barulah Rasul mmenjawab “ayahmu”. Begitulah kemuliaan seorang perempuan yang berperan sebagai ibu dimata Islam.


Dengan adanya pemuliaan Islam terhadap perempuan, maka tak heran jika kemudian lahirlah sosok-sosok perempuan mulia yang kemudian dari mereka lahhirlah para mijahidah-mujahidah unggulan yang layak diteladani oleh perempuan-perempuan muslimah lainnya. Berikut beberapa perempuan muslimah yang mulia karena tugas yang diembannya.

Wanita Muslimah Mulia Serta Teladan Sebagai Ibu Dan Pengasuh, Diantaranya:
Ummu Hani’, Lubabah binti al-Harits, Ummu Aiman Barakah binti Muhsin, Halimatussa’diyah dan lain-lain.

Wanita Muslimah Mulia Serta Teladan Sebagai Istri:
Khadijah binti Khuwailid, Saudah binti Zam’ah, Zainab binti Muhammad bin Abdullah, Ruqayyah binti Rasulullah saw., Ummu Hakim, Khaulah binti Malik dan lain-lain.

Wanita Muslimah Teladan Sebagai Putri, Diantaranya:
Fatimah binti Rasulullah saw., Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq, Ummu Kaltsum Uqbah bin Abu Mu’ith, Khansa binti Khadzdzam serta Barirah.

Wanita Muslimah Teladan Sebagai Saudari:
Shafiyyah binti Abdul Muthalib, Fatimah binti Khattab, Fatimah binti Utbah bin Rabi’ah dll.

Wanita Muslimah Mulia Serta Teladan Sebagai Pendidik Dan Perawi Hadis:
Aisyah binti Abu Bakr, Ummu Hamid, Ummu Anas, Ummu Ma’bad al-Khuzaiyyah, Ummmuu Sulaim binti Milhan dll.

Selain yang disebutkan diatas, banyak sekali sosok-sosok perempuan yang dimuliakan karena apa yang telah dikerjakan. Dengan demikian, semoga perempuan mendapatkan hak yang semestinya ia dapatkan.

Sumber:
Al-Quran (QS. Al-Nisa: 1)
Shahih Muslim (Imam Muslim al-Naisapur)
Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan (HAMKA)
Perempuan-perempuan Mulia Disisi Rasulullah (Ibrahim Salim)
Wanita-wanita Kebanggaan Islam (Umar Ahmad al-Rawi)

Jumat, 03 Juni 2016

DRESS FOR THE DAY YOU WANT: Moslem Fashionista In Facing The Fashion World


Let me tell you what the word fashionista means. If we talk about fashionista, you can find that this word means "A person who creates or promotes high fashion, i.e. a fashion designer or fashion editor", you can also find that fashionista is “A person who dresses according to the trends of fashion, or one who closely follows those trends” (https://en.wiktionary.org/wiki/fashionista).

Every culture has exhibited some sort of fashion-conscious behavior, it appears to be a characteristics of humans to take clothing and self-care choices beyond the realm of pure function. On the personal level, there is simply no denying that we feel better on a good outfit day. And when we feel better, we make better choices, exude more confidence and elicit a greater degree of respect from others. Let me excerpt a quote from Tim Gunn on Tess Whitehurst book of Magical Fashionista (1997), he said “dismissing fashion is as a silly or unimportant seems like denial of history..,” the quote mean that fashion is a certainly existed in this world.  

Almost people said that what we wore represented what and who we are (Tess Whitehurst: 1997). Fashion influences both men and women whatever their religions, Muslims, the Buddhists, Catholics, Christians, Hindus and even other religions also. And in this article I want to frame from the Muslims side.

From the fashion people followed, their devinely beautiful essences that are unlike any other can be bright, they can explore the unique inner and outer. Being ourselves on many cases is must, but sometimes on fashion case we aren’t. As you know, so many people can influence another to follow his/her trend. As I found in my country, there are several phenomena concerning to fashion. Many well-known artists today (i.e. Dian Pelangi, Zaskia Sungkar, Shireen Sungkar, Zaskia Adya Mecca, Teuku Wisnu, Raffi Ahmad, Ivan Gunawan etc.) have become a center of fashion, which has their own trend and followed by so many people, especially on facing Ramadhan month and the esteemed fashionista noted that the response of Muslim had been overhelming (Azad Essa:5).


To be a Muslim fashionista is not a big problem, as long as you are not missing your identity as a Muslim. Me my self, the important one to face the fashion world is you can express yourself, and so you should be able to close your aurat like Al-Ahzab verse 59 told us. Even, something magic we can find inside the fashion or outfit of the day, is  exuding the piety

 (لباس التقوى ذلك خير). As a Muslim fashionista, just choose whether you follow the trend exists or even you  create the new one mode of fashion based on what Islam taught.

Let yourself be a better Muslims fashionista!

To exude you inner-beauty and piety, there are some ways must be followed:

-          Show your unique essence

-          Let your power of costumes spread

-          Dress for the day you want

-          Send what message you want

-          Notice what colors, patterns and textures you crave, and don’t forget

-          Make your dress as a form of worship to your God, Allah

Beside of following the nowadays trend, a fashionista has to pay attention what the Syariah commanded. To determine the type of clothing that is good, there are some criteria that must be considered in perspective Syariah Islam, such as: do not resemble the opposite sex, not transparent, not forming curves, not appearing aurat, and certainly avoid social norms aren’t applicable (http://www.datdut.com/busana-muslimah/2/). And do not overlook the value of Dakwah from any fashions you follow or outfits you wear. So you can be a good Muslim fashionista based on the Syariah Islam.

Let’s try it, Dakwah isn’t only by teaching the Islamic matherial but also by an Islamic value that appear from both of your good character and your outfit, because a good character is more be praised than the outstanding talent. Good character, by contranst, is not given to us. We have to build it peace by peace – by thought, choice, courage and determination (John Luther). And be a good Muslim Fashionista is a choice.