Jumat, 06 Januari 2017

BERMAIN: MENGGIRING ANAK UNTUK BELAJAR

Oleh: Isna Rahmah Solihatin 

Tidak sedikit kita temukan guru yang membatasi ruang gerak  untuk bermain kepada anak didiknya (khususnya anak yang sedang berada di masa golden age). Sebaiknya, biarkanlah hal itiu terjadi, berikanlah mereka waktu untuk bermain. Bermain adalah salah satu aktivitas langsung serta spontan yang dilakukan oleh anak. Dengan bermain, anak dapat tumbuh dengan alami, mereka juga dapat berinteraksi dengan lawan bermainnya, dapat memberikan kesenangan tersendiri, membentuk daya khayal (imajinasi), serta  dapat melatih panca indera anak dan seluruh gerak anggota tubuhnya.
Namun terdapat banyak hal  yang perlu diperhatikan ketika anak bermain, diantaranya adalah bahwa anak bermain atas kemaunnya. memberikan kesan menyenangkan, mengasyikkan, memberikan anak kesempatan untuk berproses.
Terdapat banyak jenis permainan yang dapat diaplikasikan untuk anak-anak usia dini, yaitu tactile play (bermain dengan tangan), functional play (bermain dengan gerakakn motorik kasar), constructive play (bermain dengan membangun), creative play, symbolic/ dramatic play, play games dan lain-lain.
Memberikan ruang bermain kepada anak tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, diantaranya: bermain digunakan sebagaai media menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh dan otot anak sehat serta kuat, memberikan peluang bagi seluruh anggota tubuh untuk terkordinasi ketika bergerak.
Ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai perilalku sosial anak dalam bermain. Beberapa perilaku sosial tersebut antara lain:
-          Tidak peduli/ acuh (anak tidak bermain, dan tidak peduli terhadap teman-temannya yang bermain).
-          Bertindak sebagai penonton saja ( anak hanya memperhatikan temannya yang lain saat bermain, namun terlibat dalam kontak lisan).
-          Bermain sendiri (perilaku anak yang bermain dengan dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri dalam bermain).
-          Bermain berdrampingan (anak bermain dengan temannya, hanya saja permainan yang dimainkan berbeda. Namun dalam hal ini, anak senang dengan kehadiran teman disisinya).
-          Bermain bersama (anak dapat bersosialisasi dengan temannya ketika bermain, bekerja sama dan dapat sharing satu sama lain).
Apapun perilaku anak ketika  bermain, yang terpenting ketika hendak belajar adalah, dapat mengarahkan permainan anak kepada satu tujuan, yakni tujuan untuk menghantarkan anak pada gelombang alpha (α), yang dapat merangsang otak anak untuk dapat memunculkan kreativitas, relaksasi serta visualisasi. Kondisi relaks pada gelombang ini mendorong aliran energi kreativitas dan perasaan segar, sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk perenungan, memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas kita. Dengan demikian, ketika anak berada dalam suasana menyenangkan usai bermain, maka kita dapat memanfaatkannya untuk memberikan materi ajar. ☺☺☺☺☺☺☺
  
QLC School's Teacher Training 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar