Oleh: Isna Rahmah Solihatin
Tidak sedikit
kita temukan guru yang membatasi ruang gerak untuk bermain kepada anak didiknya (khususnya
anak yang sedang berada di masa golden age). Sebaiknya, biarkanlah hal itiu
terjadi, berikanlah mereka waktu untuk bermain. Bermain adalah salah satu
aktivitas langsung serta spontan yang dilakukan oleh anak. Dengan bermain, anak
dapat tumbuh dengan alami, mereka juga dapat berinteraksi dengan lawan
bermainnya, dapat memberikan kesenangan tersendiri, membentuk daya khayal
(imajinasi), serta dapat melatih panca indera anak dan seluruh gerak
anggota tubuhnya.
Namun terdapat
banyak hal yang perlu diperhatikan ketika anak bermain, diantaranya
adalah bahwa anak bermain atas kemaunnya. memberikan kesan menyenangkan,
mengasyikkan, memberikan anak kesempatan untuk berproses.
Terdapat banyak
jenis permainan yang dapat diaplikasikan untuk anak-anak usia dini, yaitu tactile
play (bermain dengan tangan), functional play (bermain dengan
gerakakn motorik kasar), constructive play (bermain dengan membangun), creative
play, symbolic/ dramatic play, play games dan lain-lain.
Memberikan
ruang bermain kepada anak tentunya ada tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
bermain digunakan sebagaai media menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan yang
melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh dan otot anak sehat serta
kuat, memberikan peluang bagi seluruh anggota tubuh untuk terkordinasi ketika
bergerak.
Ada beberapa
hal yang harus diketahui mengenai perilalku sosial anak dalam bermain. Beberapa
perilaku sosial tersebut antara lain:
-
Tidak peduli/ acuh (anak tidak
bermain, dan tidak peduli terhadap teman-temannya yang bermain).
-
Bertindak sebagai penonton saja (
anak hanya memperhatikan temannya yang lain saat bermain, namun terlibat dalam
kontak lisan).
-
Bermain sendiri (perilaku anak
yang bermain dengan dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri dalam bermain).
-
Bermain berdrampingan (anak
bermain dengan temannya, hanya saja permainan yang dimainkan berbeda. Namun dalam
hal ini, anak senang dengan kehadiran teman disisinya).
-
Bermain bersama (anak dapat
bersosialisasi dengan temannya ketika bermain, bekerja sama dan dapat sharing
satu sama lain).
Apapun perilaku
anak ketika bermain, yang terpenting
ketika hendak belajar adalah, dapat mengarahkan permainan anak kepada satu
tujuan, yakni tujuan untuk menghantarkan anak pada gelombang alpha (α), yang
dapat merangsang otak anak untuk dapat memunculkan kreativitas, relaksasi serta
visualisasi. Kondisi relaks pada gelombang ini mendorong aliran energi
kreativitas dan perasaan segar, sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk
perenungan, memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang
kreativitas kita. Dengan demikian, ketika anak berada dalam suasana
menyenangkan usai bermain, maka kita dapat memanfaatkannya untuk memberikan
materi ajar. ☺☺☺☺☺☺☺
QLC School's Teacher Training
Tidak ada komentar:
Posting Komentar