Oleh: Isna Rahmah Solihatin
Alquran adalah kitab terakhir yang Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad sekaligus menjadi kiteb penyempurna dari kitab-kitab terdahulu sebelum
Alquran yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Allah menurunkan Alquran sebagai
pedoman hidup bagi manusia. Selain itu, Alquran adalah mukjizat Rasulullah yang
berlaku hingga akhir zaman. Allah yang menurunkannya dan Dia pula yang
memelihara kemurniannya.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia tentunya mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari sains hingga ilmu sosial. Dalam bidang sains misalnya, Alquran menyebutkan tentang bagaimana manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna (ahsani taqwiim) dengan seluruh komponen dhzohiriyyah maupun bathiniyyah, terutama akal manusia.
Akal yang dimiliki
manusia merupakan potensi (luar biasa) yang dianugerahkan Allah kepada manusia, karena
dengan akalnya manusia memperoleh pengetahuan dengan berbagai hal. Manusia
dengan commen sense-nya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan yang buruk, mana yang menyelamatkan dan mana yang
menyesatkan, mengetahui rahasia hidup dan kehidupan dan seterusnya.
Tidaklah
berlebihan jika agama dan ajaran islam
memberikan tempat yang tinggi kepada akal, karena akal dapat digunakan memehami
agama dan ajaran islam sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Berulangkali al-Qur’an sebagai sumber keberagamaan
sesorang
memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya (QS. Saba’ : 46). Tuntutan
dalam berpikir meliputi kesugguhan, tanggung jawab, dan kemanfaatan.
Tuntutan untuk berfikir yang disertai dengan kesungguhan
serta tanggung jawab tentunya akan melahirkan output berupa kebenaran
yang hakiki mengenai semua yang ada dalam pedoman keberagamaannya. Proses
berfikir tersebut kemudian diberi label “berfilsafat.” Berfilsafat mengenai
al-Quran artinya berproses mencari kebenaran-kebenaran yang ada dalam al-Quran
ditinjau dari berbagai segi, misalnya bahasa.
Seorang peneliti bahasa akan mengatakan bahwa bahasa
al-Quran banyak ketidaksesuaian dengan kaidah bahasa yang benar. Hal tersebut
dapat menjadi sebuah masalah ketika seseorang menjadikannya dalil untuk
mengatakan bahwa al-Quran tidak dapat dibenarkan keabsahannya dilihat dari sisi
kebahasaan. Namun tentunya sebagai wahyu terbesar yang diturunkan kepada Nabi
terkahir umat Muslim, hal ini adalah bentuk kemukjizatan dari Al-Quran itu
sendiri, dimana tidak dapat seorangpun untuk meniru keindahan Bahasa Al-Quran.
Banyak Ilmuwan bahasa yang kemudian menulis tentang rahasia-rahasia dibalik
keindahan bahasa al-Quran. Salah satu kenbenaran akan keindahan bahasa Al-Quran
dapat ditelaah melalui ilmu uslubiyah.
Ilmu uslubiyah merupakan salah satu cabang ilmu bahasa
kontemporer yang mendalami tentang penjelasan terhadap karakteristik sebuah
karya sastra (termasuk al-Quran) baik dari segi ashwat (fonologi), shorof
(morfologi), nahwu (sintaksis), balaghah (stilistika), maupun tajwid. Kebenaran
mengenai kemukjizatan sebuah ayat dalam al-quran dapat ditelaah dengan ilmu
uslubiyah ini dengan menggunakan beberapa analisis, diantaranya:
a.
Analisis Ashwat:
bagaimana sebuah kata dalam ayat alquran dapat mengeluarkan bunyi, dimana dalam
analisis ini bunyi tersebut dapat dikaitkan dengan ilmu tajwid yang membahas
tentang makaharijul huruf dan shifatul huruf.
b.
Analisis Shorf: menganalisa
bentuk kata, apakah dia subjek, predikat, objek, kata sifat, kata keterangan
dan lain sebagainya.
c.
Analisis Nahwu: menganalisa
kalimat dalam sebuha ayat al-quran.
d.
Analisis Dilalah: menganalisa
makna dalam sebuah ayat al-quran
e.
Analisis Ta’bir:
menganalisa ungkapan yang terdapat dalam ayat al-quran
f.
Analisis Ihso’iy:
menganalisa kebenaran dengan menggunakan ilmu hitung, misal dalam surat annas
terdapat huruf sin sekian, huruf mim sekian dst.
g.
Analisis Wadhzifiy:
menganalisa fungsi suatu ayat dalam al-Quran. Analisis Wadzhifiy ini
merupakan langkah terkahir untuk menganalisa sebuah ayat yang kemudian nantinya
akan mengungkan kebenaran implisitas (the truth of impplicity) sebuah ayat.
Namun sayangnya, masih sedikit sekali yang meneliti
kebenaran al-Quran dengan menggunakan ilmu ini. Hal ini kemudian menarik
perhatian penulis untuk memngkaji lebih dalam tentang filsafat al-quran dengan
menggunakan pendekatan ilmu uslubiyah. Dengan demikian truth claim atau
klaim atas kebenaran sebuah pedoman keberagamaan umat Muslim tidak diragukan
lagi.
KALAU ADA CONTOH MAKALAH YANG MENERANGKAN USLUBIYAH DILALIYAH KIRIM
BalasHapus