Senin, 21 Agustus 2017

ILMU USLUBIYAH: PENDEKATAN MEMAHAMI FILSAFAT ALQURAN



Oleh: Isna Rahmah Solihatin
Alquran adalah kitab terakhir yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad sekaligus menjadi kiteb penyempurna dari kitab-kitab terdahulu sebelum Alquran yaitu Taurat, Zabur, dan Injil. Allah menurunkan Alquran sebagai pedoman hidup bagi manusia. Selain itu, Alquran adalah mukjizat Rasulullah yang berlaku hingga akhir zaman. Allah yang menurunkannya dan Dia pula yang memelihara kemurniannya.
           
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia tentunya mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari sains hingga ilmu sosial. Dalam bidang sains misalnya, Alquran menyebutkan tentang bagaimana manusia diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna (ahsani taqwiim) dengan seluruh komponen dhzohiriyyah maupun bathiniyyah, terutama akal manusia.
            Akal yang dimiliki manusia merupakan potensi (luar biasa) yang dianugerahkan Allah kepada manusia, karena dengan akalnya manusia memperoleh pengetahuan dengan berbagai hal. Manusia dengan commen sense-nya dapat membedakan  mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan yang buruk, mana yang menyelamatkan dan mana yang menyesatkan, mengetahui rahasia hidup dan kehidupan dan seterusnya.
            Tidaklah berlebihan jika agama dan ajaran islam memberikan tempat yang tinggi kepada akal, karena akal dapat digunakan memehami agama dan ajaran islam sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Berulangkali al-Qur’an sebagai sumber keberagamaan sesorang memerintahkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya (QS. Saba’ : 46). Tuntutan dalam berpikir meliputi kesugguhan, tanggung jawab, dan kemanfaatan
            Tuntutan untuk berfikir yang disertai dengan kesungguhan serta tanggung jawab tentunya akan melahirkan output berupa kebenaran yang hakiki mengenai semua yang ada dalam pedoman keberagamaannya. Proses berfikir tersebut kemudian diberi label “berfilsafat.” Berfilsafat mengenai al-Quran artinya berproses mencari kebenaran-kebenaran yang ada dalam al-Quran ditinjau dari berbagai segi, misalnya bahasa.
            Seorang peneliti bahasa akan mengatakan bahwa bahasa al-Quran banyak ketidaksesuaian dengan kaidah bahasa yang benar. Hal tersebut dapat menjadi sebuah masalah ketika seseorang menjadikannya dalil untuk mengatakan bahwa al-Quran tidak dapat dibenarkan keabsahannya dilihat dari sisi kebahasaan. Namun tentunya sebagai wahyu terbesar yang diturunkan kepada Nabi terkahir umat Muslim, hal ini adalah bentuk kemukjizatan dari Al-Quran itu sendiri, dimana tidak dapat seorangpun untuk meniru keindahan Bahasa Al-Quran. Banyak Ilmuwan bahasa yang kemudian menulis tentang rahasia-rahasia dibalik keindahan bahasa al-Quran. Salah satu kenbenaran akan keindahan bahasa Al-Quran dapat ditelaah melalui ilmu uslubiyah.
            Ilmu uslubiyah merupakan salah satu cabang ilmu bahasa kontemporer yang mendalami tentang penjelasan terhadap karakteristik sebuah karya sastra (termasuk al-Quran) baik dari segi ashwat (fonologi), shorof (morfologi), nahwu (sintaksis), balaghah (stilistika), maupun tajwid. Kebenaran mengenai kemukjizatan sebuah ayat dalam al-quran dapat ditelaah dengan ilmu uslubiyah ini dengan menggunakan  beberapa analisis, diantaranya:
a.      Analisis Ashwat: bagaimana sebuah kata dalam ayat alquran dapat mengeluarkan bunyi, dimana dalam analisis ini bunyi tersebut dapat dikaitkan dengan ilmu tajwid yang membahas tentang makaharijul huruf dan shifatul huruf.
b.      Analisis Shorf: menganalisa bentuk kata, apakah dia subjek, predikat, objek, kata sifat, kata keterangan dan lain sebagainya.
c.      Analisis Nahwu: menganalisa kalimat dalam sebuha ayat al-quran.
d.     Analisis Dilalah: menganalisa makna dalam sebuah ayat al-quran
e.      Analisis Ta’bir: menganalisa ungkapan yang terdapat dalam ayat al-quran
f.       Analisis Ihso’iy: menganalisa kebenaran dengan menggunakan ilmu hitung, misal dalam surat annas terdapat huruf sin sekian, huruf mim sekian dst.
g.      Analisis Wadhzifiy: menganalisa fungsi suatu ayat dalam al-Quran. Analisis Wadzhifiy ini merupakan langkah terkahir untuk menganalisa sebuah ayat yang kemudian nantinya akan mengungkan kebenaran implisitas (the truth of impplicity) sebuah ayat.
            Namun sayangnya, masih sedikit sekali yang meneliti kebenaran al-Quran dengan menggunakan ilmu ini. Hal ini kemudian menarik perhatian penulis untuk memngkaji lebih dalam tentang filsafat al-quran dengan menggunakan pendekatan ilmu uslubiyah. Dengan demikian truth claim atau klaim atas kebenaran sebuah pedoman keberagamaan umat Muslim tidak diragukan lagi.

1 komentar:

  1. KALAU ADA CONTOH MAKALAH YANG MENERANGKAN USLUBIYAH DILALIYAH KIRIM

    BalasHapus